(Rapat Koordinasi Pendidikan TK Provinsi Jawa Timur)
Membangun sinergis yang solid ke dalam ranah mutu
djoko adi Walujo
“Rapat Koordinasi Tiga Komponen Pendidikan TK – Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Timur”
HOTEL
SUKI BATU : 18 Pebruari 2013
PENGANTAR
H
|
Langkah memperpendek kesenjangan adalah sebuah siasat yang dimatangkan dan dimutakhirkan, tanpa strategi itu,
maka dapat diidentikan sebuah kegiatan bernuansa sia-sia. Kemudian sebuah ancangan
yang akan memastikan program menjadi kenyataan, adalah sebuah formula yang bernilai “goal
congruent” dicapai melalui sinergi. Sebuah program akan dinyatakan strategis, bila perencanaan itu diawali dengan pencermatan sangat mendalam, yang
melibatkan segenap variabel. Adapun variabel-variabel yang harus diantisipasi adalah variabel erat kaitannya dengan dinamika perkembangan teknologi. Kemudian juga dilakukan pengutan (reinforcement) kepada variabel-variabel
lain yang berdaya mereduksi ego sektoral.
Perkembangan teknologi yang super cepat
dan super dahsyat, acapkali membuat usang sebuah program (program mati sebelum
aplikasi). Kemudian munculnya egosektoral membuat sebuah program kegiatan
bermata picik dan atomistic, bahkan membuat program tidak dinamik. Inilah yang
akan dijadikan titik pandang, dalam menyosong rapat koordinasi saat ini. Sesungguhnya
rapat koordinasi yang dilakuka
PARADIGMA YANG MEMBELENGGU
Sebuah
fenomena yang memprihatinkan pada dunia pendidikan saat ini(program-program pendidikan), masih banyak pikiran dan aktivitas real yang terbelenggu oleh paradigma usang yang menyatakan bahwa “dirinya” dibutuhkan oleh
masyarakat [driver company/driver university/ driver school]. Sesungguhnya paradigma ini justru paling dominan
memberikan kontribusi negatif dalam layanan, oleh karenanya harus diubah dari driver
university/drive
organisation menjadi driver market/driver siocial communities, dengan demikian akan terwujud
sebuah aktivitas pendidikan yang memiliki resonansi kepekaan terhadap kebutuhan
masyarakat, apalagi bila dalam melangkah diawali dengan melakukan analisa
kebutuhan [need assessment].
Guna memberikan
bingkai yang kokoh terhadap keinginan tersebut, maka diperlukan adanya strategi
khusus untuk mengungkap kelemahan-kelemahan utamanya dengan melibatkan segenap
komponen stakeholders.
PROGRAM KITA HARUS BERKUALITAS GLOBAL
B
|
Ila kita menderivasi mutu untuk
memacu institusi kita
(program-program PAUD), maka kita harus menyadari bahwa kualitas itu adalah
keharusan (the rule of thumb). Kualitas bukan manis bibir, dan kualitas bukan
aktivitas “abal-abal”. Kualitas adalah tuntutan sekaligus jatidiri. Oleh karenanya
setiap nafas sebuah kegiatan harus mengacu dimensi kualitas. Berikut dipaparkan
visualisasi “triple of greater mutu.
n, harus sarat dengan niatan yang mengarah pada
produk program yang cerdas, holisitic (menyeluruh), dan menyentuh akar
permasalahan. Sehingga dapat diproyeksikan
untuk membangun
kesadaran mutu dengan mengedepankan jaminan mutu [quality assurance], karena saat ini musimnya masyarakat menagih
jaminan mutu.
Greater
responsibility diartikan : sebuah kewajiban
institusi/organisasi untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kinerjanya kepada
stakeholders [pemakai jasa/ konsumen, dunia profesi/dunia usaha]
Greater
Quality Assurance: berarti jaminan terhadap kualitas proses
maupun qualitas produk, pencapaiannya melalui evaluasi internal maupun
eksternal.
Greater
Accountability : dimaknai sebagai tanggungjawab,
serta tanggung gugat dan tanggung urai. Akuntabilitas hakikatnya adalah
tuntutan global yang mengharuskan sebuah institusi tidak hanya bertanggung
jawab kepada pemerintah, namun juga
bertanggung jawab kepada stakeholders.
PROGRAM YANG SMART
Menurut Garvin
[dalam lovelock 1994; Peppard dan
Roweland 1995] terdapat beberapa macam perspektif kualitas yang berkembang
adapun dimensi yang terkait antara lain :
Kemampuan
untuk dipercaya [dependability]:
Dependability menggambarkan akuntabilitas
secara makro baik dari penyediaan infra struktur [fasilitas] hingga kemampuan
membangun relasi network antara program organisasi/
institusi dengan stakeholders, dalam hal ini dunia
usaha/industry/ masyarakat.
Ketepatan
dengan spesifikasi [conformance to spesification]:
Apakah sebuah
karya memenuhi criteria on- time; [kosistensi dan ketepatan
waktu] on delivery [ketepatan sajian/pengiriman]; on
spesification [ketepatan spesifikasi] serta memiliki kemampuan
mengeliminasi kesalahan, zero defect [nir kecacatan]; zero
complaint [nir keluhan-sanggahan] dan Zero waste .
Daya Tahan [durability]
Program yang didisain memiliki nilai prediktif, sehingga tidak ketinggalan jaman dan memiliki daya adaptasi.
NEED ASSESMENT ADALAH ENERGI JAMINAN MUTU
Dalam
praktiknya keunggulan daya pembeda [comparative advantage] merupakan solusi
terbaik dalam meneggakkan mutu, agar sebuah perencanaan
program memiliki daya pembeda maka diperlukan need
assessment.
Mengapa Need Asssessment?, need
assessment dilakukan untuk memperkecil gap antara :
Harapan
organisasi/institusi
|
><
|
Harapan
masyarakat
|
Kebutuhan
organisasi/institusi
|
><
|
Kebutuhan masyarakat
|
Kepentingan organisasi/institusi
|
><
|
Kepentingan masyarakat
|
Dari realitas
inilah maka Tovey berpendapat bahwa need assessment pada dasarnya adalah a
process of comparing the actual performance of individuals with the standard of
performance at which they are expected to operate. Berdasar pemikiran itu maka need assessment
dapat difungsikan:
q Collect information on the skills, knowledge and feelings of the
performers;
q Collect information on the job content and context;
q Defined the desired and actual performance in useful detail;
q Involve stakeholders and build support;
q Provide data for planning
Kita pahami bersama bahwa program kegiatan adalah
gambaran nyata sebuah institusi untuk mengarahkan potensinya guna menciptakan
produk/jasa yang berkualitas. Berikut
“kotak peringatan” yang menggambarkan akibat bila kita melupakan suatu
keharusan.
NO.
|
KEHARUSAN YANG TERLUPAKAN
|
AKIBAT
|
1.
|
Tanpa menetapkan VISI
|
Perish
|
2.
|
Tanpa menetapkan MISI
|
Confusion
|
3.
|
Tanpa ACTION PLAN
|
False start
|
4.
|
Tanpa membangun SKILL
|
Anxiety
|
5.
|
Tanpa membuat RULE
|
Conflict
|
6.
|
Tanpa INCENTIVE
|
Slow change
|
7.
|
Tanpa RESOURCE
|
Frustrations
|
Semoga rapat koordiansi ini mampu mengembangkan pikiran baru yang terpadu
berlatar mutu.
No comments:
Post a Comment